Di
Negeri Hitam-Putih, mereka hanya mengenal warna hitam dan putih saja, meski sebagian diantaranya ada yang abu-abu. Mereka belum pernah memasuki negeri di balik pelangi.
Negeri di balik pelangi bertabur aneka warna. Hati-hati dengan matamu, bisa terpikat sejuta pesona di sana. Untuk memasukinya, kukenakan jubah dan topeng.
Aku berpapasan dengan banyak wajah yang juga mengenakan jubah topeng beraneka. Sebagian mereka yang berpapasan denganku, menyapa dengan ramah. Aku membalas dengan anggukan, sebab senyumku tersembunyi.
Aku menyukai aroma misterinya. Siapakah mereka yang bersembunyi di balik jubah dan topeng beraneka ini...? Barangkali saja, sebagian diantara mereka berasal dari Negeri Hitam-Putih yang tengah berpetualang...?
Ada perpustakaan dan kedai kopi cantik di
Negeri Pelangi. Untuk memasukinya harus dengan kata kunci, sebab hanya orang-orang tertentu saja yang diperkenankan untuk singgah dan duduk-duduk di sana.
Aku berbincang hangat dengan beberapa wanita istimewa yang berpapasan jalan denganku, kemudian kami saling membagi sepenggal kisah dalam seperjalanan. Harus hati-hati dalam memilih sahabat kenalan di Negeri Pelangi. Jika beruntung, kau akan mendapat permata, namun jika tidak, sepatumu akan terkena lumpur kotor.
Negeri Pelangi menyajikan banyak keindahan, namun tidaklah menjanjikan apa pun. Semua kendali tetap ada di dalam dirimu, maka jangan terlena. Bersenang-senanglah seperlunya saja, tidak untuk larut dan tenggelam. Sebab realita tetaplah berada di sudut pandang hitam, putih, dan abu-abu.
Di perbatasan antara Negeri Hitam-Putih dan Negeri Pelangi, aku pernah memiliki pintu, namun kini cukup dari jendela saja aku memandangnya. Ada kehangatan yang mengalir di sanubari, setiap kali aku menatap keluar jendela itu.
Aku masih memiliki pintu rahasia, hanya dengan mantera sihir, ia dapat dibuka kembali. Untuk mereka yang benar-benar istimewa, tentunya.
Aku merasa bebas untuk menjadi siapa saja di Negeri Pelangi, sebab tak ada aturan yang mengikat. Aku bisa menjadi bijak, atau nakal, atau sesukaku saja. Ketika aku bebas menjadi aku, tetaplah kusebut itu sebagai kebebasan, meskipun harus bersembunyi di balik jubah dan topeng sebagai perisaiku.
Pesanku, jangan berlabuh pada dermaga yang salah jika tak ingin kapalmu karam perlahan ketika rantainya mulai berkarat.
"A smooth sea never made a strong sailor, thought I never met a strong person with an easy past".
Namun untuk memahamiku, tak cukup hanya dengan menterjemahkan aksaraku yang bersayap, sebab aku masih menikmati menjadi misteri.
~ Wil Twilite ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar