Rabu, Maret 23, 2011

about LIES - Jennifer Schecter


Jennifer Schecter :
I'm sitting in the chair, writing in agony. A demon, a minor demon, is pinning me there, fucking with my head.


Abraxas, he says :
I’m Abraxas, the demon of lies and deceit. So, what do you want to know about LIES, My Dear…?”


Jennifer Schecter :
I'm not A LIAR. I try again to get up. This time I'm flayed, splayed. I feel myself screaming”.


Abraxas :
I'll tell you about LIES. There are WHITE LIES and BLACK LIES. And many shades of GREY LIES.

Some LIES are JUSTIFIED. Lies told out of KINDNESS. Lies that preserve DIGNITY. Lies that spare PAIN. Everybody’s A LIAR, Dear. Look at that one. She’s about to tell her lover something patently untrue. Look at their gestures. See how they touch each other too intimately...? How they avert their eyes and cover their mouths...? They lick their teeth and hold their chins. They embellish their stories with far too much details”.


*) taken from "The L Word", on the scene where Jenny talking to Nick Barashkov, one of her former professors
Kamis, Maret 17, 2011

apa yang menyebabkan seseorang menjadi homoseks...?


JAWABAN UTAMA sekarang ini adalah kita tidak mengetahui alasan yang sesungguhnya, walau demikian, hal ini merupakan "bidang studi" yang mendapatkan banyak sekali perhatian. Kesimpulan yang didapat sampai saat ini adalah bahwa homoseksualitas disebabkan secara biologis, tetapi tidak dilupakan juga karena pengaruh lingkungan pada saat awal pertumbuhan (walaupun bukan sebagai penyebab utama).

a) Faktor Genetika. Telah ditemukan bukti bahwa hal ini bisa disebabkan karena perubahan genetika. Sebagai contoh, ditemukan bahwa jika seorang anak gay, maka kakaknya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menjadi seorang homoseks juga. Seorang kembar homoseks identik (yang mempunyai gen yang sama) mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk mempunyai saudara yang juga homoseks. Ketika salah seorang kembar identik ini memjadi homoseks, maka kemungkinannya adalah lebih dari 50% kembarannya menjadi homoseks pula.Pada riset yang dilakukan oleh Dean Hamer di Amerika Serikat ditemukan tanda genetika di daerah Xq28 dari kromosom X yang berhubungan erat dengan orientasi homoseksual. Hal ini membuktikan bahwa orientasi homoseksual mempunyai komponen genetika.

b) Faktor Biologis lainnya. Bukti-bukti lainnya juga didapatkan dari faktor hormonal pada saat pembentukan janin. Bukti-bukti yang sementara berlaku adalah struktur otak orang homoseks berbeda dari orang heteroseks, dan perbedaan dalam bentuk struktur otak ini disebabkan oleh perkembangan otak semasa perkembangan janin. Bukti utama dari perbedaan perkembangan otak ini diakibatan oleh keseimbangan hormon si ibu hamil yang berpengaruh pada keseimbangan hormon si janin.

c) Faktor Pengasuhan. Selain itu, bukti-bukti yang didapat dari kesalahan pengasuhan sebagai salah satu faktor penyebab tidak terbukti sama sekali. Masalahnya "pengasuhan" adalah istilah yang sangat umum dan tidak jelas. Ketika ditanyakan secara lebih spesifik, orang-orang cenderung memunculkan dua ide kuno yang tercantum di bawah ini:

d) Faktor Ayah yang jauh, Ibu yang dominan. Ini adalah suatu ide kuno yang tidak dapat dibuktikan secara resmi melalui riset apapun. Ini hanya suatu perkiraan yang datang dari sebuah ide bahwa pria gay menjadi sangat kewanita-wanitaan karena pengaruh ibu mereka yang sangat dominan, sementara sang ayah yang diharapkan berperan sebagai contoh model tidak berfungsi. Masalah yang ditimbulkan dari perkiraan ini adalah pria gay cenderung sangat feminin, hal yang sama terjadi pula terhadap wanita lesbian. Hal ini sangat bertolak belakang dari hasil penyelidikan yang didapat. Ternyata banyak pria gay yang sama maskulinnya dengan pria normal.Bagi para peneliti yang serius mendalami kasus homoseksualitas ini menyatakan bahwa faktor ini adalah sama sekali tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.

e) Faktor Penganiayaan/Penyiksaan Seksual di Masa Kecil. Salah satu ide yang juga tanpa data-data yang mendukung. Hal ini diakibatkan dari anggapan yang salah dari orang-orang yang berpembawaan heteroseks, tetapi "berubah" menjadi homoseks melalui pengalaman-pengalaman buruk yang mereka dapati, atau melalui hubungan dengan kaum homoseks yang mereka alami pada awal tahun-tahun perkembangan. Faktor ini tidak efektif semenjak bertambahnya bukti-bukti dari riset biologi yang mendukung kehomoseksualitasan.Dipercaya pula bahwa banyak dari kaum homoseks tidak mengalami penganiayaan/pelecehan sebagaimana yang terjadi pada kaum heteroseks. Bagi mereka yang tidak beruntung yang pernah mengalami penganiayaan oleh sesama jenis, sebagian menjadi homoseks, sementara sebagian lainnya tetap menjadi heteroseks. Demikian pula yang terjadi kebalikannya.

f) Faktor Bergaul dengan Kaum Homoseks. Seseorang tidak langsung menjadi homoseks kerena ia mempunyai teman yang homoseks. Sebagaimana, seorang homoseks tidak langsung berubah menjadi heteroseks bahkan jika ia bergaul dengan kaum heteroseks. Orientasi seksual, bagaimanapun juga, telah ditentukan dalam setiap diri manusia. Bahkan anak-anak atau remaja tidak bisa langsung berubah menjadi seorang homoseks hanya karena mereka bergaul dengan para homoseks yang telah dewasa. Bagaimanapun juga, mayoritas terbesar dimana anak-anak bergaul dengan, adalah kaum heteroseks. Apakah sesuatu yang logis, hanya karena mereka mengenal seseorang/banyak orang homoseks, akan merubah masa depan perkembangan seksualitas mereka...?


*) sumber : Google

mengapa “sebagian orang” berpikir bahwa “mereka” adalah homoseks...?


Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang “sesat”. Pada saat kita menggunakan kata "berpikir", kita secara tidak langsung mengatakan “itu tidak benar”, bahwa seseorang menyesatkan dirinya sendiri. Seorang homoseks tidak "berpikir" bahwa mereka homoseks. Mereka “mengetahui” bahwa dirinya adalah seorang homoseks.

Mereka mengetahui hal ini karena mereka bisa mengenali perasaan mereka sendiri. Mereka tidak merasa tertarik secara seksual dengan lawan jenisnya. setiap kali mereka jatuh cinta, adalah dengan orang yang sejenis. Mereka tidak mengalami perasaan yang sama terhadap lawan jenisnya. Hal yang berhubungan dengan pertanyaan ini adalah

"Mengapa sebagian orang memilih untuk menjadi homoseks...?"

Pertanyaan ini bahkan sangat menyesatkan. Tidak seorangpun dari mereka yang pernah “memilih” untuk menjadi seorang homoseks. Ia hanya "menyadarinya" dari perasaannya sendiri. Ia tidak pernah membuat "pilihan" yang semacam itu dalam hidupnya, dan sementara kita membahasnya lebih lanjut, Ia tidak dapat "memilih ulang" kembali.

Hal ini dapat diterima secara merata dalam bidang ilmiah, psikiatri, dan kedokteran bahwa orientasi homoseksual adalah “pembawaan lahiriah”, dan sesuatu yang “mendasar” dari perilaku seseorang. Telah dapat diterima secara luas bahwa orientasi homoseksual adalah “bakat tersembunyi” dalam diri seorang anak, bahkan kemungkinan besar semenjak di dalam janin. Hal itu memang "pengaruh buruk". Tentu saja itu bukanlah hal yang seseorang dapat secara sadar maupun disengaja untuk memilih menjadi siapakah mereka nantinya.

Juga dapat diterima secara umum oleh orang yang berpikiran luas bahwa homoseksual adalah "variasi umum" yang terdapat di antara manusia. Sama seperti orang yang kidal, berbakat musik atau yang tertutup, demikian pula jika seseorang adalah homoseks.


*) sumber : Google

apa yang dimaksud dengan homoseksualitas...?


Homoseksualitas adalah suatu kecenderungan yang terdapat dalam diri seseorang dimana dia merasa merasa tertarik secara seksual dengan kaum sejenisnya (pria dengan pria, wanita dengan wanita). Harap diingat bahwa, seorang homoseksual tidak mendapati ketertarikan secara seksual terhadap semua orang. Hanya sedikit orang. Seperti pula, seorang heteroseksual tidak tertarik kepada semua lawan jenisnya. Sebagaimana seorang homoseks tertarik dengan sesama jenisnya, seperti itu pulalah yang terjadi dengan kaum heteroseks.

Ketertarikan seksual berjalan seiring dengan keingan untuk suatu hubungan dan cinta. Seorang homoseks merindukan cinta dan hubungan dari orang yang dia taksir. Selain dari fakta bahwa mereka tertarik dengan orang yang memang sejenis, kualitas hubungan mereka tidak berbeda dengan hubungan kaum heteroseksual, contohnya komitmen emosional, saling ketergantungan, dan keinginan untuk bersama selamanya.


*) sumber : Google
Rabu, Maret 02, 2011

Hey, saya orang baik, lho...


bosan bercerita,
bosan mencari-cari objek,
bosan berpura-pura menjadi
orang baik

Orang baik adalah species manusia yang paling dicari di seantero jagad raya. Baik oleh perusahaan-perusahaan yang meminta para pelamarnya untuk melampirkan surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian maupun oleh individu-individu yang bertebaran mencari relasi, rekan kerja, teman, sahabat hingga pasangan hidup dari kalangan “orang baik”. Nah, karena alasan inilah banyak orang di berbagai belahan dunia manapun ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dirinya dapat dikatakan masuk kategori “orang baik” tersebut.

Mari kita persempit lingkup pembahasan mengenai standar “orang baik” ini sebatas pada dunia lesbian saja. Kalau dulu, sebelum teknologi semaju sekarang, banyak orang cenderung tertipu oleh penampilan luar seseorang. Misalnya, kalau seseorang berpenampilan rapih dan bersih, pasti dia “orang baik” dan sebaliknya, orang yang berpenampilan tidak rapih, lusuh dan berantakan, sudah pasti dia “bukan orang baik”. Well, stereotip semacam ini justru dipelajari secara seksama oleh species orang yang tergolong kedalam kategori “bukan orang baik” untuk berbuat tidak baik sambil berpenampilan a laorang baik”. Begitu banyak korban yang jatuh alias tertipu oleh penampilan, dan setelah berbagai media mulai memberitakannya, barulah masyarakat mulai mempertajam indera mereka untuk dapat mengenali “orang baik” tidak lagi hanya berdasarkan kulit luarnya saja.

Kini, dunia semakin canggih, dimana sosialisasi lebih banyak berlangsung melalui media elektronik dan jejaring sosial dunia maya, terutama bagi mereka yang dikategorikan masyarakat urban atau masyarakat perkotaan atau masyarakat modern yang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar komputer dibandingkan di tempat lain. Para lesbian pun mulai membentuk komunitasnya sendiri-sendiri. Kita bebas menentukan tempat masing-masing di dunia maya, bebas menentukan dengan siapa kita ingin memulai suatu bentuk hubungan apapun, serta kapan kita dapat dengan mudahnya mengakhiri hubungan tersebut. Semua serba instan, semua hubungan yang terjalin juga tidak memerlukan proses yang terlampau panjang dan berbelit-belit untuk dimulai dan diakhiri.

Mengingat pola pikir masyarakat urban yang serba cepat dan cenderung dinamis, kita pun mampu untuk segera menyesuaikan diri dengan kebutuhan diri kita sendiri dan orang lain atas stok “orang baik” tadi. Mulailah kita membentuk karakter maya berdasarkan grafik permintaan “character searching” yang tinggi akan kebutuhan sosok “orang baik”. Generally, seseorang memiliki kempuan membentuk citra dirinya sendiri untuk dinilai oleh orang lain sesuai dengan keinginan dirinya.

Di dunia lesbian yang sangat marak dengan aksi gebet-menggebet secara maya, terutama bagi mereka yang tidak coming out, tentunya. Ketika melakukan aksi PDKT dengan perempuan lain, pastilah dia menampilkan segala yang baik-baik untuk menarik minat perempuan incarannya ini. Dari image yang coba ditampilkan dalam percakapan-percakapan pembuka perkenalan, kemudian berlanjut lewat gesture dan gaya bicara ketika sudah berlanjut ke tingkat kopdar, semua itu dapat disesuaikan dengan keinginan kita, ingin mendapatkan kesan yang bagaimanakah dari orang yang kita tuju. Semua begitu mudah untuk dibuat-buat sesuai dengan kebutuhan. Tinggal diatur saja.

Namun, sangat manusiawi juga rasanya ketika ‘keharusan’ untuk menampilkan bagian terbaik dari diri kita mulai terasa melelahkan, menjenuhkan dan membosankan ketika kita semakin menyadari bahwa semua orang yang sedang bersama kita saat ini hanya menginginkan dan menyukai semua unsur-unsur kebaikan yang telah kita bentuk dan ciptakan atas pencitraan diri kita selama ini. Selalu ada sisi lain dalam diri manusia yang juga ingin diterima sebagai satu paket utuh dirinya yang sejati, yang tidak melulu mengenai kebaikan-kebaikan. Setiap orang memiliki sisi gelap yang tersembunyi di sisi terdalam dirinya yang tak pernah ingin diketahui oleh orang lain, siapapun itu, karena mungkin saja jika orang lain mengetahui sisi dirinya yang lain, akan terjadi penolakan atas dirinya.

Jadi, kesimpulannya apa ya, dari tulisan yang ‘sok pintar’ ini...? Hmmm, mungkin, lebih baik sejak awal, ketika kita hendak berkenalan dengan orang lain, dengan atau tanpa motif-motif lainnya, jangan terlalu banyak menjaga image yang berlebihan. Sebab, ketulusan sikap yang cenderung natural merupakan cerminan pribadi kita yang sesungguhnya. Biarkan saja aura diri kita terpancar sebagaimana adanya, karena setiap orang tentunya terlahir dengan dianugerahi keunikan masing-masing oleh Sang Pencipta. Just be yourself.
Selasa, Maret 01, 2011

menanti sebuah jawaban


aku tak bisa LULUHKAN HATIMU
dan aku tak bisa MENYENTUH CINTAMU

seiring jejak kakiku bergetar
aku 'tlah terpagut oleh CINTAMU

menelusup hariku dengan HARAPAN
namun kau masih TERDIAM MEMBISU

sepenuhnya aku INGIN MEMELUKMU
mendekap PENUH HARAPAN 'tuk MENCINTAIMU

setulusnya aku AKAN TERUS MENUNGGU
MENANTI SEBUAH JAWABAN tuk memilikimu


betapa pilunya RINDU menusuk jiwaku
semoga kau tahu ISI HATIKU

dan seiring WAKTU yang terus berputar
aku MASIH TERHANYUT dalam MIMPIKU



*) a song by PADI