Senin, September 19, 2016

My Comfort Zone

Comfort zone adalah senyaman-nyamannya tempat untuk menetap selama yang kita inginkan. Namun akhir-akhir ini, atau bahkan mungkin sudah sejak entah kapan, banyak kita dengar istilah "keluar dari comfort zone".

Mengapa banyak orang justru berharap dirinya mampu untuk keluar dari comfort zone, dan atau "memotivasi" orang lain untuk keluar dari comfort zone. Why?

Bila sudah berada di tempat yang begitu nyaman, biasanya orang akan merasa enggan untuk beranjak. Paradoks sekali, comfort zone ini. Orang mencari kenyamanan, dan ketika sudah menemukan dan berada di zona nyaman itu, malah ingin meninggalkannya.

Hal atau situasi yang membuat nyaman semestinya tidak untuk membuat kita beranjak kemana-mana lagi. Sebab tak mudah untuk mendapatkan kenyamanan itu. Sebagian orang meraihnya lewat berbagai upaya dan usaha, sebagian lagi karena takdir.

Seorang teman berpendapat bahwa untuk tinggal dan menetap di zona nyaman mungkin terasa aman dan menenteramkan, tapi tidak akan membuat kita berkembang. Istilahnya, bagai katak dalam tempurung. Ruang gerak begitu terbatas.

Itulah sebabnya aku merenungkan kembali tentang comfort zone ini. Apakah aku harus mulai mengubah sudut pandangku tentang kehidupan yang kujalani?

Temanku kembali menanggapi, bahwa menurutnya, aku tak perlu mengubah apapun, cukup memperluas area comfort zone yang saat ini kumiliki, untuk meraih tujuan hidupku. Atau jika tidak bisa demikian, baiknya keluar saja dari comfort zone.

Adalah merupakan pilihan, untuk tetap berada dalam comfort zone, atau beranjak meninggalkannya. Namun bila memutuskan untuk beranjak, harus jelas kemana kaki akan melangkah kemudian, dan tentunya dengan alasan yang sangat kuat. Tidak hanya sekedar pergi dan berlalu begitu saja, tanpa tujuan yang pasti.

~ Wil Twilite ~


Minggu, September 04, 2016

Kebersamaan



Perjalanan waktu menyisakan kesan, bagai aftertaste secangkir kopi yang kita bagi, seusai kita melewati malam-malam penuh bintang. Kamu, di denyut nadiku.

Ketika usia tak lagi menjadi penghalang bagi kita untuk dapat saling memahami. Kamu, perempuan muda yang menerima keterbukaan yang kuajarkan padamu sejak awal perkenalan kita.

Sejauh ini, aku bersyukur 'tlah menemukan, dan memilikimu di hidupku. Kita berjalan beriringan, saling menggenggam erat jemari. Jarak bukanlah penghalang bagi tiap perjumpaan syahdu kita.

Tetap jadilah dirimu sendiri, dan sampaikan dengan lugas apapun yang kamu rasakan, inginkan, hingga yang membuatmu merasa tidak nyaman denganku.

~ Wil Twilite ~