Kamis, Juli 27, 2017

Save Me...

Pada satu masa.
Aku tak berharap tersesat di sini.
Di tempat tak seorang pun mengenalku,
atau kukenal...

Aku berharap kembali
pada kenyamanan persinggahan.
Hmm.. persinggahan.
Apakah semua tempat
sejatinya hanyalah persinggahan?

Lalu dimana kelak aku akan menetap?
Dimana kelak aku merasakan
tak perlu lagi beranjak,
atau mencari-cari celah untuk pergi?
Dimana kelak aku akan berdiam
tanpa pernah merasa kosong dan hampa?

Haruskah hidup ini memaksa langkahku
untuk kerap melarikan diri
dari kenyataan yang terhampar di hadapan?
Lalu untuk apa aku berada
di tempat terasing ini, saat ini?

Haruskah aku kembali mengenal
orang-orang asing ini,
untuk kemudian kecewa dan terluka, lagi?
Rasanya sudah cukup lelahku
dihadapkan pada segala yang mengoyak jantungku.

Jiwaku hampir saja memucat
bila tak ingat ia bukanlah raga.
Dan jantungku?
Masih berdetak disana.

~ Wil Twilite ~
Jumat, Juli 21, 2017

Dia...

Dia. Mungkin aku terlalu memujanya, dulu. Hingga aku memikirkannya setiap malam, setiap detik yang berlalu di hela nafasku. Aku selalu mengingatnya dalam setiap doa yang kubisikkan. Selalu berharap kelak 'kan ada perjumpaan lagi dengannya. Ruang di hatiku untuknya, tak pernah kuizinkan 'tuk disinggahi oleh sesiapa, selain kenangannya yang kubiarkan tetap tinggal dan menjadi ratu di sudut paling istimewa hati. Namun waktu bergulir dan ia tak pernah kembali. Kutanya angin apakah ia menitipkan pesan, angin pun berlalu begitu saja, mengabai pada tiap hela gelisahku, menantinya.

Kini tujuh musim telah bergulir, hatiku membeku di musim yang bimbang. Hujan turun dan mataku berair. Sudah tak dapat kubedakan antara air mata dan hujan. Bayang wajahnya pun pudar dalam ingatan, seperti tersapu kekecewaan atas penantian yang tak berujung. Dia, 'kan kukembalikan kepada takdir yang tak lagi menautkan langkah kami untuk bersimpang kembali. 'Kan kubiarkan wajahnya dipudarkan ingatan, sebagaimana kenangan yang terlalu lama beranjak. Pada akhirnya waktu 'kan membuka jalan lain menuju kisah-kisah yang baru.

~ Wil Twilite ~
Jumat, Juli 14, 2017

That Aftertaste

Aku tak pernah mengira bahwa perbincangan kita pagi ini akan menyisakan aftertaste yang lebih pekat dari biasanya. Tertinggal kesan, menorehkan sejuta rasa yang mengambang di awang-awang. Satu tahun ternyata merupakan jeda yang cukup panjang untuk memungkinkan terjadinya banyak hal yang menimbulkan gejolak rasa dalam kehampaan.

Kukira kita telah saling kehilangan. Namun, jemari takdir seolah mempertautkan kisah kita untuk kembali berpapasan pada beberapa persimpangan, lagi, dan lagi.

Pagi kemarin kamu membuka kisah yang tersembunyi dalam jeda kita, dan aku tertegun mendengarkanmu asik bercerita tentang dia. Awalnya aku mencoba menekan rasa cemburu yang tiba-tiba hadir mengusik tanpa permisi di relungku. Namun ketika pagi ini kamu kembali menyebut namanya dan bercerita lebih tentangnya, gemuruh di dadaku tak lagi terbendung. Ada semacam el nino yang tiba-tiba melanda lautan hatiku.

Pergolakkan batin pun kembali tak terelakkan. Menyusur jalan sunyi, jauh sebelum takdir kita saling berpapasan, pada perjumpaan syahdu kita kala itu, hingga akhirnya kita menutup kisah di satu musim penghujan yang membuat kita tak lagi mampu membedakan antara rintik hujan dan air mata yang jatuh melebur saat kita mencoba untuk menari dalam rinainya.

Sepekan kemarin di kotamu, pada satu senja temaram kala kita tengah menanti mentari jingga pulang ke peraduan, ditemani dua cangkir kopi yang kita biarkan uapnya dipermainkan angin laut, sebab kita larut dalam perbincangan syahdu yang katamu merupakan momentum tahunan cahaya... senja itu bagai meleburkan kenangan yang membentang di lembaran takdir kita, menguraikannya kembali, mengingat canda dan tawa yang pernah kita bagi, juga hal-hal yang menyisakan perih... maafkan, atas khilafku yang telah menorehkan luka di hatimu yang semestinya kujaga dengan baik... sungguh ku tak hendak menyimpan separuh hatimu yang kupatahkan itu di kotak pandora, membelenggu bahagia yang semestinya sangat layak untuk kau dekap dalam waktu yang tercuri...

Berjuta "seandainya" mengusik kalbuku... Namun pada akhirnya kita berdua hanya perlu menambatkan keikhlasan 'tuk menerima bahwa semua sudah tertulis dalam skenario Sang Maha. Semoga aku belum terlambat untuk memperbaiki semuanya. Semoga pintu hati kamu belum tertutup rapat untuk seorang aku.

Karena sejatinya bagi L-Mom, kehadiran seorang perempuan istimewa merupakan penyemangat hidup untuk saling menguatkan langkah dalam menjalani kodrat.


~ Wil Twilite ~