Kamis, September 17, 2020

Jo Yi Seo in Itaewon Class; Wanita dan Karakter


Itaewon Class
adalah salah satu drakor yang sudah saya tonton beberapa waktu lalu. Saya tertarik untuk menuliskan kesan tentang first female lead dalam film ini, yaitu tokoh Jo Yi Seo yang diperankan oleh Kim Da Mi.


Kesukaan saya terhadap drakor selain karena jalan ceritanya menarik dan pemaparan konfliknya bagus, tentu saja tidak terlepas dari aktris pendukungnya, dan terutama aktris wanitanya, dong.. hehehe..


Saya tertarik nonton Itaewon Class atas rekomendasi dari partner. Park Seo Joon (as Park Sae Royi) yang merupakan first male lead, bukan salah satu aktor fave saya, tapi saya akui aktingnya di film ini bagus. Kemudian tokoh wanita yang pertama kali dimunculkan adalah Oh Soo Ah yang diperankan oleh Kwon Nara. Di awal, saya mengira dia akan jadi first female lead karena muncul sebagai cinta pertama Sae Royi. Pastinya dia tampil cantik dan sangat dicintai oleh si tokoh utama. Tapi dari awal saya biasa aja sama karakter Oh Soo Ah ini, ngga ada gregetnya gitu deh.


Jo Yi Seo muncul di episode ke-3 film ini. Kesan pertama ngeliat penampilannya sungguh enggak banget deh. Anak berandalan banget yang bersikap seenak udelnya dan lagaknya tengil abis, plus dia tidak secantik Oh Soo Ah, pastinya. Tokoh Yi Seo ini mungkin sengaja dihadirkan ngga cantik dan ngga seksi, makanya Sae Royi sejak awal ngga naksir atau tergoda sama dia secara fisik kalik ya. Namun kemudian karakter Yi Seo ini semakin muncul dengan kejutan-kejutan yang bikin saya tersenyum, takjub, sampai jatuh cinta. Ya, Jo Yi Seo sungguh memiliki karakter kuat yang mengagumkan. Ternyata dibalik selenge'annya dia, dia sangat fokus ketika memiliki suatu tekad dan tujuan. Diawali dari dia naksir Sae Royi yang saat itu karakternya kacau balau, Jo Yi Seo berhasil mengubah Sae Royi beserta orang-orang terdekatnya menjadi manusia yang berbada dan bahkan menjadi think-tank kesuksesan usaha yang dijalankan oleh Sae Royi, dengan jalan berliku yang terjal penuh rintangan. 


Jo Yi Seo dan karakternya berhasil menyedot perhatian saya sepanjang film ini. Wanita memang tidak harus cantik untuk menjadi menarik dan loveable. Jo Yi Seo menunjukkan dan mengerahkan segala potensi yang ada dalam dirinya untuk membantu orang yang dicintainya, dengan bersedia pula menerima segala kekurangan orang itu, plus menerima paket lengkap "keluarga" Sae Royi yang karakternya unik-unik. Awalnya kehadiran Yi Seo dirasa sangat mengganggu mereka, hingga akhirnya semua orang menyayanginya dan berterima kasih karena Yi Seo lah yang membawa mereka mewujudkan semua hal yang selama ini sebatas angan dan mimpi semata tentang bagaimana meraih sukses setelah mengalami keterpurukan yang panjang dalam hidup.



Jadi, tidak melulu first female lead yang cantik menjadi daya tarik untuk menyaksikan drakor maupun film-film jenis lainnya. Wanita yang berkarakter jelas jauh lebih menarik dibandingkan wanita yang hanya cantik saja. Itu berlaku dalam kehidupan yang sesungguhnya. That's why saya juga ngga begitu tertarik sama wanita yang hanya cantik luarnya saja sebelum mengenal karakternya seperti apa. Inner beauty is the best part of a woman. Jo Yi Seo, sarange... 


~ Wil Twilite ~


Minggu, September 06, 2020

Ruang untuk Kenangan

Jika hati dan rasa dapat berubah, lalu apa yang abadi? Bahkan seiring laju usia, begitu banyak hubungan yang berubah. Hubungan dengan orangtua, keluarga, sahabat, pertemanan, apalagi hubungan kerja atau yang hanya berlandaskan kepentingan semata. Istilahnya, tak ada kawan atau lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Mungkin, perjalanan hidup semakin membuktikan hal itu, mungkin.


Berbahagialah orang-orang yang hingga usianya mendekati 40 tahun dan masih memiliki hubungan yang begitu manis dengan kedua orangtua atau salah satunya saja, dengan kakak maupun adik, saudara sepupu dan sanak famili lainnya. Pun berbahagialah orang-orang yang pada akhirnya seiring bergulirnya waktu, menemukan siapa sahabat sejatinya, diantara begitu banyak kawan yang selama ini kita anggap atau menganggap kita sahabat. Berbahagialah juga orang-orang yang dalam perjalanan karirnya menemukan kawan yang secara langsung atau tidak, secara sadar atau tidak, mengantarkan atau mendampingi perjalanan menuju kesuksesan karir.


Kemudian, apa yang tertinggal? Catatan perjalanan yang membentuk kenangannya sendiri. Sudah berapa lama kita melalui semua ini? Siapa saja orang-orang yang telah datang dan pergi dalam hidup kita? Siapa pun yang menorehkan luka dan bahagia, mereka tak terelakkan menjadi bagian dari kenangan, ketika mereka tak lagi kita perkenankan untuk terus berada di sisi langkah kita selajutnya. Hanya cukup menjadi bagian dari kenangan.


Lalu, patutkah, atau perlukan kita memberikan ruang untuk kengan-kenangan itu? Perlukah kita mengingat setiap luka pula, sebagaimana kita sering tersenyum bila mengingat kenangan manis saja? Tentunya kita dapat memilih hadirkan kenangan manis saja, bila kita kehendaki. Kita hanya butuh senyuman, penghiburan, dan pelipur lara dari semua itu. Namun, tak terelakkan kengan-kenangan getir itu pun seringkali muncul bersama kenangan-kenangan yang manis. Alasannya, tentu saja setelah kenangan manis itu usai atau berlalu, apa kemudian hal yang mengikutinya, yang menjadikannya berlalu? Ya, umumnya demikian.


Memberi ruang untuk kenangan bukanlah sesuatu yang seperti memberikan tempat bagi barang-barang agar tersimpan dengan baik dan memudahkan kita mencarinya tatkala kita membutuhkannya kembali. Ruang itu hampa, dan tiada memiliki batasan yang nyata. Apakah ruang itu gelap? Mungkin, karena cahayanya redup sebab merupakan sesuatu yang sesungguhnya sangat ingin untuk dapat kita lupakan. Dan, kenangan yang terang benderang? Itulah kenangan yang kan selalu menjadi alasan dan penguat bagi kita untuk terus melangkah ke depan.


Sejatinya, kita bukanlah diciptakan dari cahaya seperti malaikat. Kita hanyalah insan dengan sisi terang, sisi redup, bahkan sisi gelap yang terbentuk dari setiap langkah yang kita ambil sejak kita mulai menjalani hidup dengan pilihan-pilihan di setiap persimpangan jalan. Tak lepas pula dengan siapa saja kita telah berpapasan dan beririsan di daerah arsiran, dengan begitu banyak orang.


Mari terus melangkah, Jangan biarkan setiap kenangan muncul sesuka hatinya dan mengusik langkah kita ke depan. Berikan saja ruang yang cukup bagi mereka untuk tinggal. Ruang yang yang perlu kita pikirkan, apalagi terus menerus kita bawa. Sungguh itu hanya akan menjadi beban di langkah kita. Berdiamlah, wahai kenangan, di tempat yang telah disediakan. Janganlah pernah muncul tanpa diinginkan. Sebab kini aku telah memiliki perasaan dan pemikiran yang jaub berbeda dari sebelumnya, serta pengendalian diri yang lebih baik. Takkan kubiarkan diri ini larut dalam arus kenangan yang terlampau deras tak terbendung. Sssshhhhh... just be quite there, memories...


~ Wil Twilite ~