Rabu, Desember 28, 2011

the precious one


How precious that someone for you,
your heartbeat doesn't always tells the truth...

So, which path should I follow
to find the answer...?



~ Wil Twilite ~
Jumat, Desember 16, 2011

Rumah, riwayatmu kini...


Malam minggu itu hujan turun tak henti, istilahnya awet. Di sela-sela membaca novel, aku pun iseng mainan twitter, membaca timeline yang sliweran di sana. Semua bicara tentang hujan. Dari versi romantisnya hujan hingga kemacetan jalan yang kerap terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Well, macet memang sudah tradisi, sih, yaaa... tapi semakin mantabs ketika di mix dengan hujan dan weekend, plus tanggal muda... hehehe...

Hmmm... itulah ironisnya zaman sekarang, dimana masyarakat urban cenderung tak betah dirumah. Buktinya, sekalipun diguyur hujan seharian, lalu lintas tetap saja padat. Semua mall pun dipadati lautan manusia. Fenomena ini selain menandakan daya beli masyarakat urban yang relatif tinggi, juga membuktikan bahwa mereka cenderung tidak betah dirumah dan lebih memilih menghabiskan waktu di luar rumah, salah satunya di mall.

Pemandangan seperti ini tentunya sudah tidak asing lagi, ketika banyak orang sliweran di mall, entah pasangan, teman, atau keluarga, sedang duduk-duduk di coffee shop, namun nyaris tidak berinteraksi satu sama lain, sibuk sendiri dengan gadget masing-masing (smartphone, tablet, notebook, playstation, dll). Pernah kulihat seorang ibu bersama 3 orang anaknya, masing-masing pegang notebook, termasuk ibunya juga. They don’t even have communicate to each other. Duh, Buuuu... mendingan dirumah aja, kaleee... ngobrol-ngobrol sambil minum teh dan menikmati cemilan buatanmu... Apalagi, kalau diperhatikan secara penampilan dan dari merk notebook yang mereka punya, kemungkinan besar mereka dari kalangan the have, rumahnya barangkali luas dan indah. Kalau orang Betawi bilang, rumah gedongan, dah... Tapi kenapa mereka prefer spending time at mall, yaa...? Dalam ‘kebersamaan’ yang sama sekali ngga berkualitas begitu, pulaaa...!! #TanyaKenapa...?

Rumah oh rumah, riwayatmu kini... Sudah semakin banyak rumah-rumah yang tak berjiwa, hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan raga setelah lelah beraktivitas seharian. Secanggih apapun inovasi teknologi menyediakan alat-alat rumah tangga modern nan praktis, tidak lantas membuat penghuninya betah di rumah, dan masih mencari hiburan di luar rumah.

Jadi, apakah fungsi rumah saat ini, selain sebagai tempat persinggahan semata...? Sebagai aset...? Sebagai tolak ukur tingkat kemapanan seseorang...? Atau hanya sekedar sebagai tempat menampung dan meletakkan barang-barang saja...? Oh, nooo...!! Kasihan nasibmu, rumah... :(

--------------
A house is made of walls and beams; a home is built with love and dreams ~ Anonymous

Home is not where you live, but where they understand you ~ Christian Morganstern

I long, as does every human being, to be at home wherever I find myself ~ Maya Angelou

Home is the place where, when you have to go there, they have to take you in ~ Robert Frost

Home is the place where it feels right to walk around without shoes ~ Anonymous

There's nothing half so pleasant as coming home again ~ Margaret Elizabeth Sangster

A man’s homeland is wherever he propers ~ Aristophanes

Not going home is already like death ~ E. Catherine Tobler

Luxuries are never so comfortable as are familiar, ordinary things of home ~ Eucharista Ward

Mid pleasures and palaces though we may roam, be it ever so humble, there’s no place like home ~ John Howard Payne

There is a magic in that little world, home; it is a mystic circle that surrounds comforts and virtues never known beyond its hallowed limits ~ Robert Southey

Home, the spot of earth supremely blest, a dearer, sweeter spot than all the rest ~ Robert Montgomery



~ Wil Twilite ~
December 10th, 2011
Senin, Desember 12, 2011

Coming Out Story (3) ~ Finish


August 23rd, 2008


Akhirnya, hari ini datang juga. Setelah janjian lebih awal dengan Gieza untuk cari kado buat Tata, kami berdua langsung menuju tempat janjian. Sambil menunggu Tata dan Nanda, kami memesan minuman sambil melanjutkan obrolan tentang cowok gebetannya Gieza. Kurleb 30 menit kemudian, Tata muncul, kami bertiga cipika-cipiki sambil pelak-peluk bak teletubbies, tak peduli tatapan sirik orang-orang di sekeliling kami, hehehe.

Lumayan lama kami ngobrol bertiga sebelum akhirnya Nanda datang. Dari jauh dia sudah melambaikan tangan ke arah kami, Gieza dan Tata membalas lambaian tangannya, cuma aku aja yang tampak menunduk, seolah sedang asik (akting) menyeruput minumanku, dan mulai merasa ngga nyaman, entah kenapa.

Setelah bergabung, Nanda ngga langsung duduk, dia cipika-cipiki dulu sama Tata, ketawa-ketiwi, terus dia nyamperin Gieza, mengacak-acak rambut Gieza yang rada di highlite. Akhirnya, sampai deh ke aku, dia sempat melirikku sekilas sebelum akhirnya menghampiriku sambil menyapa, “Wil…”, aku berdiri dan langsung disambut pelukan hangat plus cipika-cipiki juga, seakan ngga terjadi apa-apa diantara kami. Aku pun berusaha mengimbangi sikapnya dihadapan dua teman kami ini, kubalas sapanya, “Nda…”.

Kami memesan makanan dan mulai ngobrol macam-macam, bercanda dan saling meledek. Terasa sekali suasana hangat layaknya reuni kecil yang berjalan menyenangkan karena aku dan Nanda sama-sama mampu menjaga sikap dihadapan Tata dan Gieza. Hingga adzan maghrib berkumandang. Tata dan Gieza bergegas ke musholla mall, sedangkan aku dan Nanda secara kebetulan sama-sama sedang periode. So, we’re alone now.

Ehem, sehat, Wil…?”, Nanda mulai membuka percakapan.

Alhamdulillah. Lo sendiri, kemana aja...?”, jawabku sambil berusaha rileks.

Ada. Gue emang sibuk belakangan ini, sorry ya kalo gue terkesan menghindar...”

Ngga apa-apa sih. Gue bisa ngerti kok, pengakuan gue pastinya ngga bisa langsung lo terima gitu aja. Well, sekarang, selanjutnya kita akan gimana, Nda...?”

Hmmm, maksudnya...?”, tanyanya sambil mengerutkan dahi, tidak memahami pertanyaanku.

Ya… lo masih bisa nerima gue sebagai sahabat lo, Nda...?”

Nanda terdiam beberapa saat sambil menyeruput juice-nya. “Hmmm, I’ve been thinking...”

And….?”

Ngga seharusnya gue merasa kecewa dengan jalan yang lo pilih, karena itu hidup lo. Dan gue juga sempat sharing sama Evan..….tenang, gue ngga nyebutin kalo itu lo…”, ralatnya saat melihat tatapan shock-ku mendengar nama Evan, bosnya yang gay itu, karena aku sudah kenal secara langsung. Lalu dia melanjutkan…

Gue seharusnya bersikap lebih wise ke elo, Wil... Menghargai kejujuran lo itu... Bukannya malah lari dari lo bak seorang homophobia, sekalipun emang ngga mudah menerimanya, kalo sahabat gue ternyata lesbian...”

Aku menghela nafas panjang, kemudian kubilang, “Lo tau Nda, butuh waktu yang cukup lama buat gue sebelum akhirnya gue memutuskan untuk coming out sama elo... ini sangat sensitif… this is my big secret which is I don’t wanna let anybody knows... tapi gue butuh seseorang yang sangat gue percaya atas rahasia gue ini, untuk membuat gue merasa diterima, dengan perbedaan yang ada di diri gue... paling tidak, oleh sahabat gue yang udah seperti saudara buat gue, yaitu elo…”

Iya, Wil. Maafin gue, ya. Gue kekanakan banget. Padahal gue aja banyak kekurangan, lo selalu mau memahami dan menerima. Lo adalah satu-satunya orang yang masih percaya sama gue, ketika orang-orang meragukan gue. That’s mean a lot for me, Wil. Sekarang gue sadar sepenuhnya bahwa perbedaan pada dasarnya ngga pernah jadi penghalang kedekatan kita selama ini...”

Lo tau, Nda... Kemarin tuh gue udah pasrah loh, kalo lo akan menjauh dari gue setelahnya... Itu resiko gue coming out...”

Mata Nanda berkaca-kaca, seraya mengulurkan kedua tangannya, menggenggam erat kedua tanganku. Kehangatan persahabatan kembali mengalir diantara kami.

Sejenak kami terdiam, sayup-sayup terdengar lantunan lagunya Opick yang ‘Rapuh’ di resto itu. Setelah berapa lama, Tata dan Gieza pun kembali. Kami sempat cekakak-cekikik sebentar sebelum akhirnya waktu menunjukkan sudah jam 19.00 WIB, kami sepakat bubaran. Tata dan Gieza tempat tinggalnya searah dan naik bus yang sama sampai terminal Kampung Melayu, sedangkan aku dan Nanda biasanya menunggu bus di halte yang berbeda dengan Tata dan Gieza, jadi kami berdua masih jalan bareng sampai ke halte yang sama, dan melanjutkan obrolan.

Wil…”

Hmmmm….”

Sebenernya, banyak yang mau gue dengar tentang masa lalu lo yang selama ini udah berhasil lo sembunyiin dengan sukses dari gue. Ya… kalo lo ngga keberatan untuk cerita sama gue, sih...”

Ya…gue sih ngga keberatan, Nda. Kapan ya, gue certain semuanya ke elo...?”

Gini aja, gimana kalo lo nginep di kost gue aja...? Lo kan udah lama tuh, ngga nginep di kost gue...”

Sekarang juga, maksud lo…? Tapi kan gue ngga bawa baju, Nda...”

Halah. Biasanya juga dulu elo sering nginep dadakan kaya gini, terus pakai baju kerja gue besoknya buat ngantor, hehehe...”

Akhirnya aku menginap di tempat kost Nanda, dan malam itu aku mulai membuka satu-persatu rahasiaku, tentang Luna, dan perjalanan rahasiaku menapaki dunia ‘the other’. Nanda mendengarkan dengan seksama cerita-ceritaku sambil sesekali berkomentar. Akhirnya, terlepas sudah satu beban di pundakku, sahabatku mau menerimaku apa adanya. Ternyata, bulan suci Ramadhan memang mendatangkan berkah, membuka pintu maaf antar sesama manusia, menjalin kembali tali silaturahmi yang sempat terputus, dan bahkan mengumpulkan 4 orang sahabat yang sudah cukup lama tidak berkumpul bersama, terlebih lagi akan ada pertemuan berikutnya untuk acara buka puasa bersama di bulan penuh rahmat ini.

Cahaya-Nya, ternyata masih menyinari sisi kehidupan yang diliputi kegelapan, kasih sayang-Nya, ternyata benar-benar menyentuh kedalam kalbu umat-Nya, tanpa pilih kasih. Tak ada yang pantas dihaturkan kehadirat-Nya selain rasa syukur, bahwa Dia tidak pernah meninggalkan diriku….Big Thanks, to the owner of this life, My Lord, Allah SWT.


~ Wil Twilite ~
Sabtu, Desember 03, 2011

hadirku untukmu


Aku adalah sepotong kayu yang terserak di hutan, dengan kayu itu kau sangga dahanmu yang terkulai...

Aku adalah butir-butir pasir yang mengisi rongga-rongga dan celah-celah karangmu yang terkikis hempasan ombak...

Aku adalah binar biru yang akan merangkum merah jiwamu menciptakan pendar jingga yang lebih indah dari warna-warni yang kita punya...

Aku adalah kisah yang hadir di sepenggal usiamu tapi kupastikan kenangan itu mengantarmu disetiap helaan nafas yang tersisa...

Aku adalah perbedaan yang akan menghiasi nuansa ruang hidupmu...

Maka, berhentilah mencari kisahmu di perjalanan waktuku dan biarkan keberadaanku melengkapi kata demi kata yang sedang kau rangkaikan menjadi sebuah cerita...

22.07.09
Me



Sahabat, aku menemukan puisi darimu ini masih tersimpan rapih di lembaran rahasia kita, dulu... Ternyata kangen, saat-saat kebersamaan kita dulu, ya...

~ Wil Twilite ~