Kamis, Januari 21, 2016

"hello" from the other side



Hello, it’s me... 
I was wondering if after all these years you’d like to meet...


My dear Someone, apa kabarmu...? Bolehkah bila aku rindu...? Ya, aku rindu pada perbincangan kita yang sarat makna, pada ajakan-ajakan makan siangmu, juga perjumpaan-perjumpaan kita di kedai kopi. Membahas apa saja yang menarik saat itu. Entah itu menarik bagiku, atau bagimu, sama saja, selama topik yang diperbincangkan mengalir memperkaya jiwa dan wawasan kita.

Entah apa yang pada akhirnya membuat kita melangkah saling menjauh. Anggap saja aku amnesia. Atau mungkin aku kurang peka...? Entahlah. Barangkali kehilangan seorang teman sepertimu merupakan salah satu khilafku yang butuh cukup lama waktu bagiku untuk menyadarinya. Memang adakalanya aku menjadi bodoh, my dear Someone...

Bila aku tengah jatuh cinta, aku seperti lupa diri. Aku lalu terhanyut dalam gelombang pusarannya, kemudian tenggelam hingga waktunya kisah cinta itu berakhir. Ya, begitulah aku, kurasa. And when I realize this, I’m not proud about it. I feel so immatured.

Dan ketika aku membuka kembali catatan lama, aku menemukan jejak kenanganmu. Masih tersusun rapi dalam satu folder tersendiri, namamu. Banyak yang membuatku tersenyum pada deretan percakapan kita dulu, isi perbincangan kita dari yang remah-remah roti hingga yang kelas kakap. Ah, kamu sungguh seorang yang cerdas dan berwawasan dan berpandangan luas. Kamu sangat matang dalam berpikir dan bersikap. Sementara aku...? Aku hanya orang bodoh, yang unfortunately charming inside... Ups...!

Ah, pokoknya aku rindu kamu. Entah bagaimana caranya agar hubungan baik yang dulu kita bina seiring waktu, dapat kembali menghangat, seperti dua cangkir kopi yang kita nikmati di beberapa kedai kopi, dulu. Rindu perbincangan hangat denganmu. Rindu beradu argumen denganmu. Ketika kita bicara mengenai negeri ini layaknya mewakili suara rakyat, atau ketika kita membahas isu LGBT dengan sangat serius sambil saling menujuk “...yang kaya kamu, gitu...”. Hahaha.

Dan saat ini aku hanya bisa mengamatimu dari jauh. Senang masih bisa mengikuti beritamu lewat tulisan-tulisan cerdasmu di sana, maupun di sosmed kamu. Masih bisa mengamatimu sebagai the real you and also the alter-you , saat ini bagiku begitu berarti. It’s really nice to know you and ever getting closer to you.


Hello from the other side... at least I can say that I’ve tried... to tell you I’m sorry for breaking your heart (and for everything that I’ve done)...

[song by Adele]


~ Wil Twilite ~
Selasa, Januari 12, 2016

XL ~ something that I might regret

Ini sepenggal kisah penyesalanku. Lebih tepatnya dikarenakan ketidakpekaanku terhadap beberapa wanita yang pernah mendekatiku. Dengan mereka yang sudah flirting, even dating, terus berlalu begitu saja. Lost contact, kemudian hanya menjadi sepenggal kisah saja di hidupku.

Kenapa aku harus menyesalinya...? Lebih tepatnya yang aku sesalkan disini adalah terputusnya jalinan silaturahmi dengan mereka, dan berlalu begitu saja. Hal ini kerap terjadi setiap kali aku pada akhirnya memiliki partner. My ex-partners semuanya posesif dan pencemburu. Bila aku tengah terikat dalam suatu hubungan, seolah aku harus “berhenti berteman” dengan wanita lainnya. Huft. Bahkan my last ex-partners memaksaku menghapus semua kisah dengan para ex-partners lainnya yang mewarnai blog-ku. Alhasil blog-ku hanya tersisa tentang dia, disamping tulisan-tulisanku yang sifatnya umum. Miris juga ternyata setelah hubungan kami berubah bentuk, aku kehilangan track-record-ku sendiri. Hahaha. Padahal terkadang kisah masa lalu itu bisa jadi hiburan untuk dibaca kembali. Tapi ya sudahlah. Nasi telah menjadi bubur. Mungkin semua itu memang sudah semestinya dilupakan.

Untuk saat ini, aku sudah tidak lagi berminat untuk menjalin hubungan istimewa dengan wanita. Ya, niatnya sih begitu. Dan semoga ngga akan ada lagi wanita yang datang menggodaku dengan sejuta pesonanya yang memikat. Eh, apa sih...?!

Serius, I am an XL right now. No more that kind of relationship. Bahkan sempat terfikir mau buat komunitas kecil bareng sama para XL lainnya. Tapi ternyata para XL itu serius udah ngga mau lagi terkait dengan unsur per-L-an. Huft. Tarik nafas lagi, deh. Anyway kalo ada yang berminat, let me know, ya.

Sekalipun aku udah XL, aku masih terbuka untuk berteman dengan para L. Justru aku ingin membuktikan bahwa dalam dunia L ini setidaknya masih ada bentuk pertemanan murni yang ngga ujung-ujungnya flirting dan kemudian berlanjut ke tingkat selanjutnya. Ada, kan...? Ada, kok. Yes. Nanya sendiri, jawab sendiri.

Masalahnya, so far aku belum menemukan ketulusan itu. Ketulusan untuk murni berteman tanpa syarat dan ketentuan berlaku, dalam dunia L. Sebagian ujung-ujungnya jadi naksir sama aku, dan sebagian menganggap aku semacam punya maksud dan tujuan tertentu terhadap mereka. Ya sudahlah. Toh pertemanan yang sejati itu tak pernah terlahir lewat atau dengan paksaan.

Dan melalui tulisan ini, yang mana aku berharap masih ada yang kebetulan lewat dan membacanya, aku ingin mengulurkan tali pertemanan dengan kalian. Insya Allah setulus hati dan tanpa embel-embel apapun. Kita masih bisa saling bercerita, membagi pengalaman dan juga berbincang hangat dari hati ke hati. As a friend, of course.

So, do anyone who read this wanna be my friend...? Please drop a comment or email me twilite.secret@gmail.com


Thank you for blogwalking me.


~ Wil Twilite ~
Jumat, Januari 08, 2016

ALASAN

Percakapan pagi ini sambil aku siap-siap mau berangkat ke kantor, and my lil' angel persiapan ke sekolah.

Lil' Angel: Ma, alasan itu apa sih, Ma?

Me: Umm.. Nak, alasan itu adalah.. Umm..

Lil Angel: .....?? (kenapa mamaku ngga bisa jawab??)

Me: #!$#@%$^&@#%^(%...!

Ah, Nak... Alasan itu merupakan sesuatu yang definisinya semakin kompleks seiring laju usia. Mungkin karena mama termasuk salah satu yang paling suka merangkai banyak alasan untuk begitu banyak hal, jadi mama bingung jawabnya.

Mama malah jadi teringat sama seseorang yang pernah kirimkan gambar ini untuk mama:




~ Wil Twilite ~