Selama
ini kita cenderung menjauhi segala hal yang kita benci atau tidak kita sukai. Alih-alih
untuk menghindari penyakit hati, mencari ketenangan, dan keinginan dari dasar
hati untuk bahagia. Maka lebih baik kita tidak dekat-dekat dengan segala yang
membuat kita merasa tidak nyaman, orang-orang yang memancarkan aura negatif,
misalnya, atau orang-orang yang bersikap tidak baik kepada kita dalam
keseharian. Untuk apa berdekatan dengan mereka? Kalau memang mereka tidak suka,
kita (merasa) juga tidak butuh. Jadi, ya, jauh-jauh saja. Hidup tentunya akan
lebih bermakna.
Namun
akhir-akhir ini aku menemukan pemahaman yang sebaliknya atas rasa benci. Mengapa
harus dipelihara? Mengapa kita harus membatasi diri sesempit itu? Mengapa kita membangun
benteng yang tinggi atas kebencian dan rasa enggan menghadapi mereka yang kita
benci dan (kita duga) membenci kita? Apakah benar dengan demikian kita akan
merasa damai di hati? Tidakkah sikap yang demikian sesungguhnya sama saja dengan tinggi hati?
Suka
dan benci adalah dua sisi, hitam dan putih. Memang Allah Yang Maha Membolak-balikkan Hati, namun kita juga memiliki kendali atas perasaan. Kita bisa menyukai atau membenci seseorang atau sesuatu, dan perasaan ibarat tanaman, dapat ditumbuhkan asalkan kita mau merawat dan rajin
menyiraminya. Apakah kita mau berusaha menumbuhkan rasa suka itu?
Bersediakan
kita mengubah persepsi yang selama ini terpatri di hati? Menurunkan ego untuk
menyapa duluan seseorang yang selama ini begitu menyebalkan, dan senantiasa
memancing emosi kita setiap kali berinteraksi dengannya? Seseorang yang begitu
angkuh dan tidak mungkin mendekat duluan ke kita, berkenankah kita menurunkan
ego untuk terlebih dulu menyapanya? Dengan segala resiko penolakan yang mungkin
terjadi?
Mungkin terkesan memaksakan diri, awalnya akan menimbulkan perasaan
tidak nyaman, seperti secara sadar sedang merendahkan diri. Namun rasa benci harus kita lawan, demi tujuan yang mulia. Menguji ketahanan emosi
dan menuju proses kematangan jiwa dan kedewasaan. Waktunya bergerak bukan semata atas
dasar rasa suka atau benci. Tak kenal maka tak sayang. Sudah saatnya kita memaknainya lebih dalam.
Seseorang pernah menyampaikan kepadaku, “Sekian
lama kita lost contact, dan akhirnya kita bertemu kembali. Ada satu hal yang tidak berubah darimu, kamu tetap menulis. Aku tidak menemukan
blog-mu terhenti sejak pertama kali, bertahun lalu aku mengenal kamu dari
tulisan-tulisanmu”.
Kuncinya adalah, kita selalu punya waktu untuk hal yang kita sukai. Aku suka menulis. Tak peduli saat itu sedang tidak ada inspirasi,
atau aku hanya menulis sekedarnya saja, tidak tajam atau sarat makna, pokoknya
aku ingin menulis, sekalipun itu sekedar sebait perasaan atau sejumput
pemikiran yang melintas, akan kutuliskan di sini. Kemudian perasaanku, dan
pikiranku terbebaskan.
Aku
menulis saat aku senang, sedih, bahkan marah. Menulis, bagiku, mengalirkan
ketenangan tersendiri. Pun awalnya blog ini kubuat sebagai curahan isi hati,
menulis untuk merelease perasaanku sendiri, untuk dibaca olehku sendiri. Namun seiring
waktu blog ini memiliki pembaca, bahkan mendatangkan teman. Alhamdulillah.
Back
to topic, intinya kita perlu meluangkan waktu, bukan sekedar untuk melakukan
hal yang kita sukai, namun juga untuk berusaha mengalirkan rasa suka, pada apa
yang sebelumnya kita benci atau tidak sukai. Memang
tidak akan mudah. Jalan menuju kebaikan tidaklah dijanjikan mulus, kita akan
menginjak kerikil tajam, atau bahkan tersandung dan terjatuh.
Perang
terbesar dalam hidup adalah ketika kita harus melawan ego diri sendiri. Untuk membuktikan
apa? Kepada siapa? Lakukan itu untuk diri kita, buktikan pada diri
sendiri bahwa banyak hal di sekitar yang ternyata tak seburuk dugaan atau
prasangka kita.
Suka
dan benci adalah perasaan. Yakinlah bahwa perasaan dapat dikendalikan,
sebagaimana pikiran. Mari runtuhkan dinding tinggi yang menjulang bernama ego,
mulailah membuka diri lebih luas dan lapang, ringankan langkah.
Kumpulkan
keberanian dan besarkan hati untuk mendekat lebih dulu, untuk menerima,
berusaha menyukai, atau paling tidak, lepaskan rasa benci yang pernah ada,
tanpa syarat, tanpa perlu alasan apapun selain untuk membersihkan hati, jiwa,
dan pikiran.
~ Wil Twilite ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar