Aku mencintaimu pada suatu masa yang sudah
ditakdirkan. Pada satu hitungan waktu yang ku tak mengerti mengapa harus jatuh
cinta padamu. Kamu kekasihku pada satu waktu di musim semi yang syahdu.
Bagaikan mimpi, memilikimu, dan segenap cintamu yang begitu muda.
Namun pada
hitungan waktu yang sudah ditakdirkan, aku harus pergi. Meninggalkanmu, menutup
kisah kita yang masih bersemi dan merona. Aku tak pernah tahu mengapa harus
berpisah sementara hatiku masih berdetak seirama denganmu dalam melodi yang
indah. Apakah karena cinta kita terlarang? Cinta yang menyalahi kodrat? Apakah
cinta ini tak diperkenankan menempati sedikit saja ruang di jagat semesta raya?
Berapa lama kita harus menunggu waktu, untuk kelak dilahirkan kembali dan
dipertemukan dalam perjumpaan syahdu yang lain, di waktu yang tak mampu kita
hitung dari sekarang? Sudah pastikah cinta kita kelak tak lagi terhalang
sesuatu apa?
Mungkin dalam takdir, kita seumpama matahari dan rembulan yang
butuh siklus reinkarnasi dalam jeda panjang, sebelum berjumpa dalam gerhana.
Kekasih, kau ‘kan kubawa bersama detak jantungku, denyut nadi, dan hela
nafasku. Sampai pada waktu yang lain kelak.
~ Wil Twilite ~