Minggu, Februari 23, 2014

Kasih Tak Sampai

indah, terasa indah
bila kita terbuai dalam alunan cinta
sedapat mungkin terciptakan rasa
keinginan saling memiliki

namun bila itu semua
dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
tak semudah seperti yang pernah terbayang
.......

- kasih tak sampai by padi -

Siapa yang tak harapkan kisah cintanya indah dan abadi sepanjang masa...? Bila antara pria dan wanita saja kisah cintanya bisa kandas di tengah jalan, atau menghadapi rintangan berliku, apa kabar dengan kisah cinta sesama wanita, atau sesama pria...?

CINTA... sesuatu yang bersifat universal, cinta tak pernah salah, apalagi disalahkan, ketika dua hati tertambat. Persoalannya adalah, mengapa ikatan cinta kerap kali tak berjalan mulus seperti impian kita... kita...? Loe aja kali, gue mah pasrah... Uuups...!!! Sumpe loe...?!

Ummm... Jadi begini... Semalam saya merenungkan tentang hubungan percintaan saya dengan wanita. Melakukan kilas balik hubungan terdahulu sebelum saya dengan #MyLady. Apa sajakah "alasan" berakhirnya hubungan percintaan sebelumnya? Dan apakah dengan #MyLady nantinya hanya akan berakhir begitu saja seperti dengan yang lain, atau akan bagaimana?

Ternyata buat saya yang Lmom, menjalin hubungan percintaan dengan wanita memang sangatlah rumit. Disebabkan oleh segala keterbatasan yang membatasi, baik faktor internal maupun eksternal. Mantan saya sebelum #MyLady semuanya single. Awalnya saya beranggapan yang penting mereka bisa menerima saya apa adanya dengan kondisi yang ada. Proses saling mengenal, saling menyesuaikan, dan lain sebagainya berlangsung baik di awal (ya... katanya sih yang namanya "awal" selalu indah, makanya banyak orang senang memulai dari "awal" [dengan yang lain] setelah satu hubungan berakhir).

Fase demi fase berlalu dan terlewati. Kemudian saya menyadari, alasan apa yang menyebabkan hubungan kerap berakhir adalah satu. Ya, satu saja alasan utama diantara banyak alasan pendukung lainnya. Yaitu (semacam) "depresi" ketika tiba pada fase mencintai begitu (atau terlalu) dalam, namun menyadari bahwa ternyata kita tidak dapat hidup bersama. Kalau meminjam istilah #MyLady, "Mau dibawa kemana hubungan kita ini...?". Begitu.

Bila sesama L single saja tak mudah untuk bersatu dengan berbagai faktor penghalang, misalnya orangtua tak restu (ya iyalaaaah... X_X), keluarga memaksa menikah, ekonomi belum cukup mapan, etc...etc... Dan bila ada yang beruntung untuk living together, masih juga akan menghadapi berbagai kendala, misalnya rasa jenuh, selingkuh, etc... etc... Lalu apa kabar Lmom...?!

Ya... kenyataan pahit itu memang nyata saya alami sendiri. Bahwa perasaan "depresi" tak mungkin tinggal bersama partner tersayang sangat nyata, sejauh kami berdua konsisten menjalani "peran L" kami sebagai makhluk amphibi yang masih ingin menggenggam dua sisi dunia. "Siapa suruh juga merumitkan hidup sendiri...?!", beberapa sahabat kami pernah "mengingatkan". Dan jawaban kami, "Ya, kalau sudah menyangkut hati, logika itu semacam figuran saja". Sahabat kami pun bungkam seribu bahasa. "Huh... pembenaran...", mungkin begitu batinnya. Entahlah...

Lalu dalam perenungan itu saya terdiam beberapa jeda. Saya dan #MyLady sama-sama Lmom. Inilah yang membedakan hubungan kami dengan mantan-mantan kami yang single. Saat ini saya dan #MyLady sedang dalam fase saling mengenal tingkat lanjut. Dan kami sama-sama merasa kehadiran satu sama lain merupakan "penyempurna" hidup kami. Sejujurnya aku tidak ingin kehilangan wanita seistimewa #MyLady, dan semoga begitupun sebaliknya. Dan solusinya adalah dengan mengomunikasikan keresahan ini. Lalu kami sampai pada satu kesimpulan bersama.

Bahwa... hubungan ini berawal dari itikad baik, dan perjumpaan kami pun bukanlah suatu hal yang disengaja atau direncanakan. Bahwa diantara kami membentang samudera luas. Bahwa karakter kami yang sama-sama keras. Bahwa kami saling berjumpa (kembali) setelah mengalami berbagai peristiwa hidup yang mematangkan pribadi kami.

Maka... kami tersenyum mengingat kembali komitmen kami di awal... bahwa sejatinya "kekosongan" satu sisi di sanubari terisi oleh seorang teman/sahabat/saudari dalam wujud seorang wanita istimewa... Kelak seiring perjalanan usia, ketika kami sudah tak lagi muda, tak lagi cantik (kalau sekarang masih cantik banget, dong? gitu maksudnya? ehem...), tak lagi menuruti hasrat gairah jiwa muda kami... wanita istimewa ini mungkin telah banyak berubah dimatangkan waktu, namun hati keduanya semakin lembut dalam memaknai cinta dan kasih sayang sesungguhnya...

Mungkin kelak hanya dua pasang tangan keriput yang saling menggenggam erat, duduk bersisian di beranda suatu tempat, ditemani 2 cangkir kopi dan 2 tangkup roti, menatap hangat mentari jingga. Mengingat perjalanan kisah yang 'tlah kami tempuh sambil tersenyum. Tujuan kami sejak awal perjumpaan adalah menjadikan satu sama lain sebagai "sahabat hati" teristimewa, bersama mengukir waktu hingga kelak anak-anak kami dewasa, dan mungkin kami masih dicukupkan usia untuk melihat cucu-cucu kami.

Memahami bahwa sejatinya ikatan adalah di hati. Bukan keinginan untuk tinggal bersama dalam satu atap. Bukan memusingkan bentang jarak. Selama kami masih saling menjaga ritme perjumpaan dan intensitas dalam tiap detik kebersamaan yang berharga... Terima kasih Tuhan... Engkau telah mengadakan perjumpaan syahdu, memaknai hidup dengan lebih bijak, dan semoga kelak semakin bijak... Amin...

Jadi... kelak tak ada istilahnya "kasih tak sampai" untuk kami. Sebab jalinan silaturahmi ini akan terus berjalan meniti waktu, meski seiring waktu mungkin saja banyak hal yang akan terjadi, ikatan ini enggan untuk kami (saling me-) lepaskan, sebab hati yang tulus mencintai 'kan abadi, sekalipun bentuk hubungan bisa saja berubah.


dedicated to: #MyLady Adelia Winter
...di sudut ruang teristimewa sanubari

~ Wil Twilite ~




Tidak ada komentar: