Menikmati 
rindu yang menjalar-jalar, serupa belukar meliliti sekujur tubuhku yang bergetar mengeja namamu... 
~Wil
Cukuplah kamu memujaku, aku memujamu... Lalu jarak tak begitu penting lagi bagi kita, meski sakit menahan 
rindu... 
~Adel
Aku me
rindu senyap... yang kau titipkan pada kecup di ujung tengkuk, pada kecup di jemari, pada tiap inci kulit yang kau tandai... 
~Adel
Hai perempuan labu... aku kehilangan jejakmu... Sepasang sepatu kaca yang tertinggal satu, serupa isyarat yang menuntunku pulang membawa untaian 
rindu... 
~Adel
Candu me
rindu ini, aku nikmati saja. Meski tertatih kutapaki malam. Tiap berkas sinar purnama, ada kamu didalamnya... 
~Adel
Me
rindu kamu itu, seperti membiarkan aku diseret gelombang laut yang bergelora, tapi aku enggan menepi, kubiarkan saja... 
~Adel
Aku me
rindu dendam... pada lautan membentang, pada burung besi yang ingkar datang, pada waktu yang bermenit, berjam melompat kelilingi waktu kosong yang berjeda... 
~Adel
Malam adalah ketika pena ke
rinduan menuliskan romansa pada kanvas kehidupan dalam gulir waktu yang merona mengingat syahdu parasmu... 
~Wil
Tatkala penaku enggan menari 'tuk lukiskan 
rindu yang tak lagi terungkapkan dalam aksara. Biarkan ia menjelma doa-doa indah yang mengiringi langkahmu. 
~Wil
Ramadhan, ketika untai 
rindu kita terurai bersama butiran tasbih sambil mengingatNya. Dia yang 'tlah satukan kita dalam jalinan silaturahmi indah. 
~Wil
~ Wil Twilite ~
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar