Setelah sekian purnama, ketemu lagi drakor yang berhasil mencuri perhatian dan membuat saya menontonnya lagi, dan lagi. Cheongdam-dong Alice menceritakan Han Se Kyung (Moon Geun Young), seorang wanita yang sudah 3 tahun lulus kuliah desainer, namun belum juga mendapatkan pekerjaan. Motto hidup yang selalu ia banggakan, "L'effort est ma force" (kerja keras adalah kekuatanku) telah menjadi prinsip hidupnya. Ia selalu percaya bahwa kerja keraslah yang akan membawanya menjadi sukses kelak.
Namun prinsip hidupnya itu mulai goyah tatkala ia berjumpa kembali dengan musuh bebuyutannya saat SMA, Seo Yoon Joo (So Yi Hyun), yang ternyata merupakan istri dari Presiden Direktur "GN Fashion", tempat ia baru saja diterima bekerja. Hatinya patah saat mengetahui bahwa ia lolos seleksi pegawai hanya karena Seo Yoon Joo mengatakan kepada suaminya bahwa Han Se Kyung adalah teman SMA nya. Ditambah lagi kenyataan bahwa ia diterima bukan untuk menempati posisi desainer sesuai lamaran, malah sebagai asisten pribadi Seo Yoon Joo.
Han Se Kyung sangat muak melihat Seo Yoon Joo telah menjalani kehidupan kelas atas tanpa kerja keras, hanya bermodal kecantikan dan kelicikan semata. Ia terkenang masa SMA dimana Seo Yoon Jo pernah merebut pacarnya dengan memanfaatkan kecantikannya itu. Mereka berdua pun pernah ribut besar yang menghebohkan karena Han Se Kyung merendahkan Seo Yoon Joo di hadapan teman-teman sekelas mereka. Rupanya hal itu pun membekas di hati Seo Yoon Joo dan membuatnya ingin membalas dendan pada Han Se Kyung dengan menerimanya sebagai pegawai magang atas dasar belas kasihan. Karena, desainer di perusahaan sekelas GN Fashion hanya menerima lulusan luar negeri, maka Han Se Kyung sebenarnya sudah gugur sejak awal.
Ketidakberuntungan Han Se Kyung tidak hanya sampai disitu. Pada hari pertama kerja, ia tidak sengaja menyerempet mobil Jean Thierry Cha (Park Shi Ho) yang merupakan Presiden Direktur "Artemis", salah satu perusahaan fashion paling berkelas dan sedang hit di Korea. Ditambah lagi, hari itu ia diputuskan oleh pacarnya dengan alasan masalah ekonomi yang membuatnya semakin muak menjadi orang miskin. Pacarnya dengan tega mengatakan bahwa karena mereka berdua sama-sama miskin, maka mustahil untuk bahagia. Pun, setibanya di rumah, keluarganya sedang membahas masalah keuangan keluarga yang sudah terlalu banyak hutang (lagi-lagi karena miskin), sehingga terpaksa harus menjual rumah mereka.
Semua persoalan itu menumpuk di kepalanya dan membuatnya mendatangi Seo Yoon Joo. Ia memutuskan untuk mengikuti jalan hidup yang ditempuh oleh Seo Yoon Joo karena sudah lelah hidup miskin dan selalu diremehkan orang lain. Ditambah lagi usaha dan perjuangannya selama ini dengan motto "L'effort est ma force" (kerja keras adalah kekuatanku) sama sekali tidak menunjukkan pencapaian yang berarti. Ia putus asa.
Selanjutnya, cerita bergulir penuh dengan warna. Bagaimana permusuhan antara mereka berdua mencair dan membuat mereka jadi bisa saling memahami lebih dalam. Dan khas drakor, orang-orang dalam kehidupan mereka pada akhirnya saling bertautan takdir.
Yang membuat saya jatuh cinta dengan film ini adalah pesan moral yang hendak disampaikan tentang bagaimana kita melihat dari sudut pandang orang lain dan mencoba untuk memahaminya, bagaimana kita menumbuhkan empati, bagaimana kita memahami takdir dengan segala rahasia Tuhan dalam perjalanan hidup setiap insan, bagaimana pengkhianatan dan dendam bisa begitu membutakan, dan bagaimana membangun kepercayaan kepada orang yang kita cintai, bahkan ketika dalam kondisi harus percaya pada orang yang pernah menyakiti kita.
Tentu saja, dialog-dialog dalam film ini pun menarik bagi saya. Intinya, film ini recomended.
~ Wil Twilite ~