Tanggal 18 Februari 2020, akhirnya kebersamaan yang semestinya kita habiskan dua hari satu malam, dipersingkat menjadi beberapa jam saja, dan itu pun di bandara.
Takdir memang lucu. Manusia boleh berencana, akhirnya Allah yang menentukan. Tiba-tiba saja aku harus menghadiri acara penting dari kantor pada tanggal itu, menggantikan bos yang berhalangan. Dengan kesal, kamu pun langsung membatalkan hotel dan meminta stafmu untuk reschedule penerbangan menjadi sehari sebelum kepulangan yang direncanakan sebelumnya. Aku pun mencoba menyesuaikan flight schedule supaya masih mungkin untuk berpapasan denganmu di bandara, setidaknya kita masih sempat meluangkan waktu untuk makan siang bersama kemudian ngopi-ngopi. Dan akhirnya berhasil. Namun betapa sulit membujukmu untuk menyetujui hal itu. Aku sempat frustasi.
Senang rasanya ketika akhirnya kamu setuju untuk berjumpa di bandara. Kita habiskan waktu yang sangat berharga, hari itu. Manis terasa. Ternyata setelah hari itu, sulit bagi kita untuk berjumpa kembali. Momen itu menjadi kunjungan terakhirmu ke Jakarta, dan aku ke sebuah kota di Sumatera, yang ditugaskan oleh kantor kita masing-masing. Setelah itu pandemi hadir mengubah banyak hal. Tak terkecuali perjumpaan kita yang satu sampai dua kali sebulan, menjadi entah beberapa bulan ke depan kita harus didera rindu yang pilu.
Syukurlah saat itu kita mengambil banyak foto untuk dikenang. Setidaknya, komunikasi pun tetap terjalin manis. Memang ujian akan selalu ada selama kita bernafas, bukan? Ujian bagi hubungan kita pun rasanya tak pernah usai, tak hanya karena jarak yang membentang maupun karena keterbatasan yang sama-sama kita miliki satu sama lain, kini ditambah pandemi.
Semoga kita 'kan mampu melewati ini semua. Semoga kita beserta keluarga masing-masing senantiasa dilimpahkan nikmat sehat oleh Allah SWT. Amin.
~ Wil Twilite ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar