Aku menyukai perbincangan denganmu. Selalu membuka pemikiran, dan membuatku menatap masa depan dengan lebih jernih. Ada kekuatan dalam kata-katamu yang kerap menggetarkan akal dan nuraniku. Ada sentuhan lembut yang mampu menyelusup dalam ruang kalbu.
Kamu, yang menyentuhku lewat kata, suara, dan lewat caramu menatapku.
Ruang hati yang enggan disinggahi sesiapa. Tak pernah setelah kamu, melainkan hanya mondar-mandir di berandanya saja.
Pintu yang terkunci. Kamu menggenggamnya. Menyembunyikannya di lipatan hatimu. Dan aku membiarkannya.
Janji itu... penutup kisah yang sempurna... semoga belumlah terlambat untuk menyempurnakannya... sekali lagi langkah ini meluruh...
Selubung kesunyian memeluk diamku. Adakalanya bahasa tak memerlukan aksara maupun lisan yang percuma.
~ Wil Twilite ~