Fotografer itu kerap membicarakan para modelnya. Perlahan, indera pendengaranku pun seumpama memiliki pemutar volume, yang mulai berputar ke arah kiri, dan semakin ke kiri.
Seorang "
Guru" pernah berpetuah, "
Bila anak matanya tak hanya ke arahmu, maka dia 'kan selalu haus akan keindahan lainnya... Lupakanlah..."
Kuamati fotografer itu sekali lagi. Berulangkali ia merasa tak puas dengan
make-up, kostum, atau gaya salah seorang modelnya, katanya tak anggun, atau tak sesuai. Keceriaan di wajah
Sang Model pun meredup.
Mengapa fotografer itu merasa
blitz SLR-nya merupakan tolak ukur kecantikan wanita yang sejati, dan bukan melihat atraktifnya mata yang memancarkan kedalaman jiwa Sang Model...?
Ah, bodohnya aku. Wajar adanya bila demikian sudut pandangnya terhadap wanita (model). Dia fotografer, profesional perfeksionis.
Dan dia hanya melihat menggunakan sebelah matanya, melalui teropong yang sempit pula, yang tak lebih besar dari ukuran bola matanya sendiri.
#CoratCoret