Hmmm... sebuah catatan lama dari
blog-ku terdahulu :
”Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya.... terserah Anda”
Kamu pasti masih ingat dengan petikan kalimat dari salah satu iklan
deodorant ini, kan...? Ya, setiap orang pasti ingin memberikan
kesan yang baik pada pertemuan pertama dengan orang lain yang baru ditemuinya, terlebih kalau orang tersebut dapat dikatakan
istimewa; misalnya saja seseorang yang sudah kamu sukai atau kagumi selama ini, tetapi belum pernah bertemu secara langsung, atau seseorang yang terkait dengan urusan pekerjaan seperti klien atau relasi bisnis, bisa juga orangtua dari sahabat atau kekasih kamu, dan lain sebagainya. Perlu kamu ketahui, bahwa tidak ada kesempatan kedua untuk kesan pertama (
there’s no second change for first impression). Jika kamu terlanjur memberikan kesan yang kurang, atau bahkan tidak menyenangkan pada awal pertemuan dengan seseorang, jangan harap untuk selanjutnya hubunganmu dengan orang tersebut bisa berjalan lancar atau mulus seperti yang kamu harapkan, kecuali dengan melalui perjuangan yang sangat ekstra, barangkali, namun itu pun juga tidak ada jaminan.
Sebenarnya, kesan pertama bisa kamu bentuk sendiri. Dalam ilmu komunikasi, hal ini disebut sebagai ”
Proses Pengelolaan Kesan”. Alangkah baiknya kalau kamu mempunyai
ciri khas tersendiri pada saat memperkenalkan diri untuk pertama kalinya dengan orang-orang baru, agar kelak saat memiliki kesempatan untuk bertemu lagi dengan mereka, tidak akan memerlukan waktu yang cukup lama bagi mereka untuk mengingat-ingat siapa kamu, dimana pernah bertemu sebelumnya, atau pun kesan lainnya yang mungkin akan muncul di dalam benak mereka nantinya.
Aku teringat kembali dengan salah satu materi yang pernah dibahas pada saat aku masih duduk di bangku perkuliahan dulu, sayangnya aku ngga ingat kalimat ini dikutip dari buku yang mana, pastinya aku masih ingat teorinya, seperti ini;
”
Kita sudah mengetahui orang lain menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang kita berikan; dan dari penilaian itu mereka memperlakukan kita… Untuk itu, kita secara sengaja menampilkan diri kita (
self-presentation)
seperti yang kita kehendaki…”
Jadi, pada dasarnya
self-presentation itu adalah sesuatu yang dapat kamu bentuk sendiri, sesuai dengan kehendakmu akan
feedback seperti apa yang kamu harapkan dari orang lain terhadap dirimu. Memang, ini bukan hal yang mudah, perlu skill istimewa untuk bisa mempraktekannya, karena setiap orang pada umumnya akan merasa canggung pada saat pertama kali bertemu dengan orang lain yang baru dikenal. Jangankan untuk bisa mengatur sikap, untuk menatap saja rasanya sulit. Makanya, kamu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, kamu tidak harus menunjukkan sikap atau perilaku yang sangat terkesan dibuat-buat, yang bukan mencerminkan kepribadianmu yang sesungguhnya, terlebih lagi kalau sangat jauh melenceng dari karakter dirimu yang sesungguhnya, bisa-bisa orang lain merasa mual atau bahkan muak dibuatnya,
tampilkanlah dirimu senatural mungkin.
Kedua, aturlah
intonasi suaramu serta
gaya bicaramu agar terdengar santun.
Ketiga,
tataplah mata lawan bicaramu sewajarnya, jangan berlebihan, apalagi terkesan acuh tak acuh, pastikan tatapan matamu memberikan kesan bahwa kamu menghargai lawan bicaramu.
Keempat, perhatikan juga
bahasa tubuhmu, kalau bisa sih dikendalikan agar tampak tenang dan bersahaja (wah, yang ini berat nih, aku aja suka grogi atau salting sendiri kalau berhadapan dengan orang-orang yang baru ketemu atau baru dikenal, malah sok ngajarin kayak gini...hihihi...tapi dengan catatan, harus punya
self-control yang bagus untuk bisa menampilkan point terakhir ini secara maksimal). Kira-kira sih secara garis besarnya seperti itu, alangkah baiknya kalau kamu bisa kembangkan lagi. Selamat mencoba, ya... <
seharusnya selesai disini>
Lain halnya kalau kamu ingin memberikan
kesan pertama yang buruk, biasanya hal ini berlaku terutama bagi orang-orang yang dijodohkan secara paksa oleh orangtuanya, padahal hatinya tidak ikhlas, atau sudah memiliki tambatan hati yang lain. Plis deh, Siti Nurbaya banget. Tapi pastinya semaju apa pun peradaban, budaya ’
perjodohan paksa’ ini masih saja ada yang menerapkan di bumi Indonesia tercinta ini, tak peduli dari suku bangsa atau etnis mana pun, tentunya dengan dilatarbelakangi oleh berbagai macam alasan yang sebenarnya kurang masuk akal, atau bahkan tidak masuk akal sama sekali, tetapi ’dipaksakan’ saja supaya masuk akal (lho...koq jadi muter-muter begini...?). Hmmm, sedikit ’masukan’ bagi kamu yang barangkali saja termasuk kategori yang terakhir ini.
Pertama, tampilkanlah dirimu se-’dibuat-buat’ mungkin.
Kedua, tunjukkan sisi terliar dirimu yang kamu yakin ≥ 100% saat kamu menampakkannya akan membuat mual atau muak siapa pun yang melihatnya.
Ketiga, aturlah intonasi suara kamu dalam
setting volume yang semaksimal mungkin disertai dengan gaya bicara a la ’Limp Bizkit’ atau ’Linkin Park’
style.
Keempat, tataplah mata lawan bicaramu dengan melotot selebar mungkin, atau terpejam sama sekali, dan jangan setengah-setengah.
Dan terakhir,
last but not least, tidak perlu kamu kendalikan bahasa tubuhmu, biarkan saja tubuhmu bergerak sesukanya mengikuti irama gaya bicaramu yang a la ’Limp Bizkit’ atau ’Linkin Park’
style tadi. Dijamin, 500% s.d. 900% orang tersebut tidak akan mau dan tidak akan sudi untuk bertemu lagi denganmu di lain kesempatan, malah kalau bisa, hari itu juga, atau bahkan detik itu juga ’membantu’ kedua orangtuamu untuk menghubungi psikiater terdekat, atau bahkan yang lebih tinggi lagi tingkatannya dari ’sekedar’ psikiater. Hehehe...makanya, bacanya jangan serius-serius dong ah...!!!
~
Wil Twilite ~